• Jl. Taman Menteri Soepeno No. 2 Semarang
  • Telp. (024) 8311172
  • bpkad@jatengprov.go.id
03-11-2020
SEMARANG - Seorang pria berkopiah batik menghadang kedatangan Gubernur Jawa Tengah, sesaat sebelum mengikuti upacara Hari Sumpah Pemuda di Gradhika Bhakti Praja, Rabu (28/10). Membawa sebuah kardus berwarna emas dan berpita merah putih, pria berpecis itu langsung mendekati Bapak Ganjar Pranowo dan menyerahkan bingkisan yang dibawanya. "Selamat ulang tahun pak, ini kado dari kami teman-teman eks Napi Terorisme yang ada di Yayasan Persadani, sebagai bukti bahwa kami telah kembali ke pangkuan ibu pertiwi," kata pria tersebut saat menemui Bapak Ganjar Pranowo. Ternyata, pria berkopiah batik itu adalah Sri Puji Mulyo Siswanto, eks Napiter yang ditangkap dan dipenjara selama 6 (enam) tahun setelah menyembunyikan Noordin M Top dan Dr Azhari, otak sejumlah serangan terorisme di Indonesia. Selain itu, Sri Puji Mulyo Siswanto juga pernah dipenjara karena terlibat pelatihan terorisme di Aceh. Sri Puji Mulyo Siswanto sengaja datang menemui Bapak Ganjar Pranowo untuk memberikan kado istimewa itu. Ia tahu, bahwa orang nomor satu di Jawa Tengah itu genap berusia 52 tahun. "Kamu to mas, gimana sehat kan? Teman-teman juga semuanya sehat? Ini apa? Coba saya buka ya," ucap Bapak Ganjar Pranowo sambil membuka isi kardus itu. Ketika dibuka, ternyata kado yang didapat Bapak Ganjar Pranowo dari mantan anak buah Noordin M Top itu adalah Bendera Merah Putih. Ganjar pun langsung tersenyum, menepuk-nepuk pundak Sri Puji dan mengucapkan terimakasih. "Ini bendera kami jahit sendiri pak, sebagai simbol bahwa kami eks Napiter telah menyatakan kembali pada NKRI," terang Sri Puji. Ganjar kemudian mengajak ngobrol Sri Puji Mulyo Siswanto. Kepadanya, Bapak Ganjar Pranowo menanyakan kisah selama tersesat dalam jaringan terorisme sampai kembali sadar, dan meminta masukan agar masyarakat lain tidak terjerumus dalam jurang yang sama. "Surprise sekali saya mendapat kado ini. Menarik ya, karena kita menemukan saudara-saudara kita yang pernah tersesat dan mereka kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. Hari ini, mereka sudah melakukan aktivitas untuk berbagi pengalaman, cerita bagaimana nilai-nilai kemanusiaan, kebangsaan penting untuk dijaga," kata Bapak Ganjar Pranowo. Bapak Ganjar Pranowo juga menyampaikan pesan dari para eks Napiter ini pada masyarakat agar selalu hati-hati. Apabila ada orang yang mengajak untuk merusak dan memecah belah, maka harus dicek dahulu kebenarannya. "Kami bangga banyak anak bangsa yang kembali sadar. Kami harapkan mereka menjadi jurubicara untuk mengkampanyekan bagaimana berbangsa, bernegara dan berpancasila. Kami juga akan mendampingi, akan kami bantu agar mereka bisa kembali bermasyarakat dan melakukan usaha," pungkasnya. Sri Puji Mulyo Siswanto sendiri mengatakan sengaja memberikan kado Bendera Merah Putih saat hari ulang tahun Ganjar. Bendera berukuran 40x60 cm itu dijahit sendiri oleh para eks Napiter di Yayasan Persadani. "Kami ingin memberikan sesuatu pada Bapak Ganjar Pranowo di hari bahagia ini. Kami ingin memberikan simbol pada Bapak Ganjar Pranowo selaku bapak kami di Jawa Tengah, bahwa ini lho ada warga bapak yang dulunya 'nakal' sekarang sudah kembali ke NKRI. Kami ingin memberikan kontribusi pada negara khususnya Pemprov Jateng untuk bisa bersinergi dengan program-program yang ada di Jateng," tuturnya. Warga Genuk Kota Semarang ini menerangkan, dirinya terlibat dalam kegiatan terorisme awalnya karena rasa empati melihat saudara-saudara sesama muslim yang dizolimi. Karena emosional yang tidak terkendali, ia lama-lama masuk ke jaringan itu. "Kami berharap Bapak Ganjar Pranowo bisa menjadi teladan bagi pejabat lain untuk bisa merangkul khususnya kami sebagai teman-teman eks Napiter. Karena dengan cara itu akan lebih efektif menyadarkan mereka. Dan saya pesan pada kawan-kawan yang masih menjadi teroris, coba buka ruang diskusi dan dialog, karena dengan itu pasti akan ada solusi," tutupnya. Selain dari eks Napiter tersebut, Bapak Ganjar Pranowo juga mendapatkan kado istimewa di hari ulang tahunnya. Diantaranya dari Olivia dan Regina, bocah SD yang pernah menyumbangkan celengannya untuk penanganan Covid-19, kado dari Oma-Oma Yayasan Katolik dan lagu merdu dari difabel asal Rembang, Clarissa Kusumaning.